Jumat, 30 Oktober 2009

Artikel "MOS"

Tradisi Kuno Masa Orientasi

Bukan rahasia lagi kalau masa orientasi siswa atau di perguruan tinggi biasa disebut dengan ospek memakan banyak korban. Program yang seharusnya bertujuan untuk memperkenalkan sekolah baru pada siswanya kini menjadi ajang perkenalan kesadisan senior terhadap juniornya. Masa orientasi memang penting untuk proses adaptasi siswa baru terhadap sekolahnya.Tapi,apabila kegiatan tersebut merugikan orang lain termasuk siswa baru itu sendiri, tradisi ini memang harus di hilangkan. Perasaan tenang yang seharusnya dirasakan para siswa baru setelah diterima di sekolah yang mereka inginkan, menjadi perasaan takut menghadapi masa orientasi yang memang harus mereka jalani.Bagaimana tidak? Siswa diharuskan membawa benda nyleneh yang disuruh para seniornya. Selain itu,siswa juga harus melaksanakan apa yang di perintah oleh seniornya. Dengan demikian,baik langsung maupun tidak langsung siswa akan tertekan ataupun merasa di batasi hak-haknya baik dalam bertindak maupun berpendapat. Selain itu, beberapa masalah akan dihadapi seorang anak ketika menjalani MOS seperti ketakutan dan juga trauma.

Para senior biasanya meminta para siswa baru membawa benda yang sulit didapat seperti: buah yang bukan pada musimnya atau makanan yang biasa dikonsumsi puluhan tahun yang lalu. Mereka beranggapan dengan memberi perintah tersebut para siswa bisa lebih menghargai saudara-saudara mereka yang kurang mampu. Karena pada umumnya para siswa baru terbiasa hidup berkecukupan dan tidak pernah merasakan bagaimana hidup serba kekurangan.Namun apakah benar itu alasannya? Memang bukan benda mahal yang mereka inginkan, tapi sesuatu yang memang sangat sulit untuk dipenuhi. Semakin tinggi tingkat kesulitan untuk mendapat benda tersebut,semakin tinggi pula kesempatan para senior memberi sanksi pada juniornya.Tidak heran Para siswa baru rela melakukan apapun demi mendapat benda yang diinginkan seniornya. Mereka tidak segan-segan mengunjungi tempat-tempat tertentu untuk mendapatkan apa yang mereka cari. Mereka juga rela terjaga semalaman untuk mempersiapkan perlengkapan dan bekal untuk di bawa besok pagi. Kalau memang untuk menghargai mereka yang kurang mampu, kenapa tidak di adakan saja kegiatan bakti sosial atau acara semacamnya. Para siswa diminta membawa barang-barang di rumah yang sekiranya masih berguna bagi mereka yang membutuhkan. Selanjutnya kalau memang belum cukup memberi pelajaran, mereka juga bisa diajak langsung untuk menyerahkan atau sekedar menjadi saksi penyerahan bantuan. Selain mengurangi beban saudara-saudara kita yang kurang mampu, dengan mengajak para siswa langsung ke tempat mereka yang kurang mampu, mereka juga bisa lebih bersyukur dengan apa yang telah mereka punyai selama ini.

Selain harus membawa apa yang seniornya suruh, siswa baru juga harus melakukan apapun yang diperintah oleh kakak tingkatnya. Sebagai alasan untuk menanamkan sikap disiplin pada para siswa, senior mengharuskan siswa mematuhi apapun perintahnya. Namun perintah yang diberikan pada para siswa baru bukan perintah yang wajar diberikan kakak terhadap adiknya, melainkan perintah yang biasa diberikan penguasa pada bawahannya. Biasanya mereka diminta berpenampilan aneh dan memakai aksesoris konyol sebagai syarat mengikuti program orientasi ini. Sebagian dari mereka mengaku rela dipermalukan dengan penampilan mereka yang nyentrik hanya untuk lolos dari sanksi yang disediakan para senior. Namun bagaimanapun juga tindakan ini bisa mengakibatkan trauma pada seorang anak. Mereka bisa saja takut untuk kesekolah karena malu dengan temannya atas kejadian sewaktu masa orientasi. Atau bahkan mereka tidak punya semangat untuk belajar karena tekanan dari teman-temannya membuat dirinya tidak nyaman lagi untuk bersosialisasi dengan teman belajarnya. Dengan perintah-perintah semacam itu, bukan pribadi yang disiplin yang tercipta melainkan sikap berontak akan mulai tumbuh pada jiwa seorang anak. Banyak cara untuk membuat seorang anak menjadi disiplin,diantaranya dengan menyuruh mereka datang tepat waktu, tidak membawa perhiasan ke sekolah, menggunakan seragam dan atributnya dengan benar atau dengan memberi informasi tentang apa saja yang boleh atau tidak boleh dilakukan disekolahan tersebut. Perintah-perintah semacm itu akan lebih bisa diterima oleh anak-anak karena itu akan menjadi pedoman mereka selama bersekolah di tempat tersebut.

Kekerasan juga sering terjadi ketika senior menggembleng para juniornya.Tindakan yang awalnya bertujuan memperingatkan atau menegur bisa menjadi tindakan yang memakan korban. Sampai pernah ada yang harus kehilangan nyawa karena menerima perlakuan-perlakuan kasar dari seniornya. Senior akan berusaha mencari kesalahan para juniornya untuk bisa memberi sanksi pada mereka. Sikap tegas dan disiplin sering disalah artikan sebagai ajang pembuktian kekuasaan. Para senior berusaha menunjukkan seberapa besar andil mereka kepada para junior. Hal itu di tunjukkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan membatasi hak-hak adik tingkatnya. Pembatasan itu yang sering menjadi alasan para siswa baru merasa tidak leluasa di sekolahnya sendiri bahkan hanya untuk berpendapat. Kegiatan orientasi sebenarnya juga bertujuan untuk mengakrabkan sesama warga sekolah. Namun dengan adanya kejadian-kejadian semasa orientasi yang menyimpang, mustahil tercipta keakraban antar sesama warga sekolah. Banyak metode yang bisa di gunakan untuk menjalin suatu keakraban salah satunya dengan bermain. Dengan diadakannya games yang diikuti warga sekolah, secara langsung maupun tidak langsung akan terjalin kerjasama diantara mereka. Selain menciptakan keceriaan, kenyamanan dan keakraban akan tercipta dilingkungan sekolah.

Tindakan para senior yang menyimpang dari norma bisa disebabkan karena rasa dendam terhadap juniornya .Dia ingin membalasnya ketika masa orientasi dimana dia akan bisa berkuasa atas adik tingkatnya tersebut. Selain dendam terhadap juniornya, penyebab lain adalah adanya dendam terhadap seniornya dulu ketika ia menjadi junior. Mereka merasa adik tingkatnya sekarang harus merasakan penderitaan yang sama seperti yang dialaminya dulu. Mereka tidak rela jika hanya mereka yang mengalami perlakuan seperti itu. Mereka juga ingin berperan sebagai senior yang memiliki hak untuk memperlakukan juniornya. Kalau setiap orang menyimpan perasaan dendam dan akan ia turunkan ke adik tingkatnya, ini tidak akan ada akhirnya.

Meskipun biasanya masa orientasi diselenggarakan beberapa hari saja, namun hal itu bisa sangat berpengaruh bagi para siswa. Setelah hari MOS berakhir biasanya semua kejadian semasa MOS berlalu begitu saja,namun itu hanya untuk sebagian dari mereka. Seperti yang sudah disinggung di atas, bisa saja seorang anak menderita trauma akibat kejadian semasa MOS, bahkan parahnya lagi ada yang sampai meninggal dunia. Pada dasarnya masa orientasi bertujuan memperkenalkan lingkungan atau program sekolah. Dengan begitu diharapkan siswa baru bisa tahu dan paham tentang sekolah barunya. Namun tercapaikah tujuan itu? Kalau memang sudah menuju kearah yang tepat, MOS memang perlu untuk dilanjutkan. Namun setelah banyaknya bukti-bukti dan kesaksian para pelajar dimana mereka merasa terganggu dengan diadakannya MOS ini, MOS memang perlu di perbarui atau bahkan dihilangkan jika sudah melampaui batas-batas kemanusiaan. Peran serta guru pembimbing juga sangat dibutuhkan dalam masalah ini.Guru diharapkan bisa memberi contoh yang baik bagi anak didiknya. Selain itu, guru juga berperan sebagai pengontrol aktivitas para siswanya. Dengan demikian, siswa akan bisa lebih mengontrol perbuatan mereka dibawah pengawasan guru. Guru juga diharapkan bisa tegas melarang muridnya melakukan suatu hal yang bisa merugikan baik dirinya sendiri maupun orang lain. Karena walau bagaimanpun juga seorang siswa akan berusaha patuh pada gurunya.



oleh:Alfi